Upacara Adat Jawa Timur : Gambar dan Penjelasan Lengkap

Upacara Adat Jawa Timur – Apabila kita melihat pada Peta Pulau Jawa, yang mana secara administratif terbagi menjadi enam Provinsi. Salah satu dari enam Provinsi itu adalah Jawa Timur dengan berbagai suku masyarakat yang cukup heterogen, tentunya memiliki kebudayaan yang beragam pula. Budaya terbentuk dari berbagai unsur. Diantarnya adalah sistem agama dan adat istiadat, yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Pada masyarakat Jawa Timur, suatu kebudayaan dari unsur religi atau agama mewujudkan diri dalam bentuk berbagai upacara. Keanekaragaman bentuk upacara, menunjukan daya serap yang berbeda dari kekuatan tradisi setempat di dalam penganutan agama.

Meskipun suatu masyarakat yang ada di Jawa Timur, cukup kental dalam menjalankan syariat agama. Namun, mereka tetap meneruskan dan melengkapi upacara keagamaan mereka, dengan upacara yang dilaksanakan menurut tradisi mereka masing-masing.

Berikut sebagai contoh logisnya, dapat dilihat pada beberapa upacara adat jawa timur yang berbeda-beda, selain memiliki kesamaan. Yaitu antara lain :

Upacara Lamaran

upacara lamaran adat jawa timur
Prosesi Lamaran Adat Jawa Modern | Gambar via Google

Sebelum melaksanakan prosesi pernikahan. Jauh-jauh hari sebelumnya, sudah melaksanakan prosesi Lamaran. Lamaran merupakan tahap awal dalam siklus kehidupan manusia, dalam rangka pemilihan jodoh (jenjang perkawinan). Ada tiga prosesi dalam adat lamaran ini, yaitu : Pertama yaitu Nelesih (Mencari Tahu), kedua yaitu Sisetan (Mengajukan maksud agar memperoleh kesepakatan), ketiga yaitu Lamaran (setelah ada kesepakatan).

Upacara Pitonan

selamatan bayi pitonan
Upacara Adat Pitonan | Gambar via Google

Upacara Pitonan merupakan selamatan bayi yang dilaksanakan pada usia bayi yang menginjak umur tujuh lapan (pitung lapan bhs. jawa) atau delapan neton (wolung neton bhs. jawa). Untuk menghitung umur bayi memasuki prosesi Pitonan, yaitu hitungan 35 hari x 7 adalah 245 hari, atau sama dengan umur delapan bulan.

Upacara Bersih Desa

upacara adat bersih desa jawa timur
Upacara Bersih Desa Doko Kediri | Gambar via kediripost

Upacara ini dimaksudkan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar senantiasa masyarakat desa tenteram dan tidak ada halangan yang mengganggu desanya. Sehingga kesejahteraan masyarakatpun dapat meningkat. Upacara bersih desa ini, dilaksanakan setahun sekali, tepatnya pada hariĀ  selasa kliwon setiap bulan sura. Waktunya upacara adat ini dimulai pagi hari sampai dengan selesai.

Upacara Angon Putu

Tradisi Angon Putu Nganjuk

Tradisi upacara angon putu adalah wujud syukur manusia pada Tuhan Yang Maha Esa. Karena telah dikaruniai kesempatan dan umur panjang sehingga mendapat anugerah cucu sejumlah dua puluh lima. Pada prosesi angon putu ini, disertai kesenian musik Gendhing Ladrang Wilujeng.

Setelah Putra-putri dan anak menantu berkumpul semua, terjadilah dialog antar Kakek-Nenek dengan putra-putri atau menantu. Saling menanyakan kabar kesehatan, dan tidak lupa mengingatkan untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Upacara Tumplak Punjen

Upacara Adat Jawa Timur Tumplak Punjen
Upacara Tumplak Punjen | Gambar Via Budayajawa

Tumplak Punjen dalam bahasa Jawa bisa diartikan dengan penutupan. Upacara Tumplak Punjen memiliki makna bagi kehidupan suami-isteri yang telah berhasil menikahkan Putra atau Putrinya yang terakhir (Bhs. Jawa : Wuragil).

Yang selanjutnya melaksanakan upacara tumplak punjen (penutupan), sebagai wujud syukur terhadap Yang Maha Esa. Telah lulus mengentaskan putra-putrinya sampai ke perkawinan, telah tutup layar yaitu yang memiliki arti sudah tidak punya hajat lagi. Orang tua tinggal mendoakan putra-putrinya ke Yang Kuasa, agar senantiasa memiliki kehidupan yang sejahtera dan tenteram.

Upacara Baritan (Arak-arakan)

Upacara Adat Baritan Wilayah Pacitan
Upacara Adat Baritan Kab. Pacitan | Gambar via Pacitanku

Nama upacara adat Baritan, berasal dari kata Rit (wiwid atau wiridan), yang bermakna memohon petunjuk pada Tuhan Yang Maha Esa. Karena pengaruh dari dialek daerah setempat, kata Rit, Wiwid atau Wiridan berubah menjadi Baritan.

Upacara adat ini dilaksanakan pada bulan Syura (Jawa), tepatnya pada hari Senin atau Jum’at (Tergantung hari baik menurut perhitungan juru kunci). Selain mengadakan selamatan dengan menghidangkan berbagai Sajian (Sajen), juga menampilkan kesenian pencak silat.

Upacara Kirab Pusaka

Upacara kirab Pusaka Ponorogo
Upacara Adat Kirab Pusaka | Gambar via Google

Upacara Kirab Pusaka ini, digelar menjelang puncak Acara Grebeg Sura, sebelumnya dari suatu proses kegiatan pawai lintasan sejarah Ponorogo. Selain itu, upacara ini merupakan bagian terpenting dalam acara boyong atau perpindahan pusat pemerintahan dari Kadipaten Ponorogo tempo dulu ke Ponorgo saat ini.

Adapun dalam Upacara yang digelar ini ada beberapa Pusaka yang di kirab, yaitu :

  • Pusaka Keris Puspita Rawe, milik Ki Ageng Kutu yang akhirnya jatuh ke tangan Batoro Katong
  • Tumbak Tunggul Naga, milik Patih Selo Aji
  • Payung Tunggul Wulung, milik Batoro Katong
  • Cinde Puspito, milik Ki Ageng Mirah
  • Pusaka-pusakan yang dimiliki para sesepuh masyarakat Ponorogo dan Pusaka milik masyarakat

Upacara Ulur-Ulur

Upacara adat ulur ulur jawa timur
Upacara Adat Ulur Tulung Agung | Gambar via Google

Setiap Upacara Adat, dari unsur religi setiap derah memiliki keragaman yang berbeda, namun pada intinya memiliki kesamaan. Seperti halnya Upacara Adat Ulur-ulur dari Tulung Agung, merupakan bentuk bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rezekinya.

Prosesi Upacara Ulur-ulur, merupakan serangkain Petani dalam melestarikan Alam, terutama pemanfaatan Air dalam pertanian. Dan kegiatan utama dari upacara ini, yaitu Nglampet membendung sungai agar air bisa di manfaatkan untuk mengairi sawah-sawah masyarakat Tulung Agung.

Upacara Labuh Laut Sembonyo

Upacara Adat Labuh Laut Sembonyo Wilayah Prigi
Upacara Adat Labuh Laut Sembonyo | Gambar via Faktualnews

Mengacu pada cerita rakyat babad Prigi, dimana Prosesi Upacara Labuh Laut Sembonyo dilakukan untuk memperingati Perkawinan Tumenggung Yudha Negara dengan Putri Gambar Inten. Prosesi ini dilakukan pada hari Senin Kliwon, tiap tahun sekali. Dimana Tumenggung Yudha merupakan Prajurit Mataram, yang telah membuka daerah yang sekarang dinamakan Prigi, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.

Demikian penjelasan mengenai beberapa Upacara Adat yang ada di Jawa Timur. Dari keragaman adat yang ada, selalu memiliki kesamaan yaitu bentuk wujud bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa.

Upacara Adat Jawa Timur